Email : rahayusuci81@yahoo.com MASUK ENTRY BARU EDIT KELUAR

KEKAYAAN BUDAYA BANGSA INDONESIA

Salah satu karya bangsa yang menunjukan kemajuan budaya bangsa Indonesia

This is default featured slide 2 title

Salah satu karya bangsa yang menunjukan kemajuan budaya bangsa Indonesia

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 27 Januari 2013

Banyak Kerangka dan Peninggalan Presejarah Ditemukan di Pantai Kabupaten Rembang



Temuan peninggalan prasejarah di Kabupaten Rembang, ternyata tidak terbatas hanya di pantai Binangun dan Plawangan (Kecamatan Lasem). Namun Tim Arkeolog Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta juga menemukan peninggalan prasejarah di Pantai Laren, Kecamatan Sluke. “Di sini titik sebarannya lebih banyak,” kata Gunadi, Ketua Tim Arkeolog dari Balar Yogyakarta, yang dihubungi Jumat 30 November 2012.
Menurut Gunadi, peninggalan prasejarah itu selain berupa artefak kerangka manusia, juga peralatan gerabah tembikar dan peralatan kerang. “Dari temuan itu, diperkirakan antara kerangka manusia dan peralatan tersebut satu lefel dan berasal dari abad 4000- 5000 sebelum masehi,” ucap Gunadi.
Kerangka manusia di pantai Desa Leran memang belum diekskavasi. Dari survei yang dilakukan, terdapat empat titik di tebing sepanjang pantai Leran terlihat kerangka kepala manusia dan sejumlah tulang. “Masuk ke daratan, lebih banyak sebarannya,” kata Gunadi.
Dalam melakukan penelitian itu, Tim Balai Arkelologi Yogyakarta terdiri enam ahli arkeolog. Mereka masih dibantu dua ahli yang sama dari UGM, dan seorang ahli dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, serta empat orang dari Farum Komunikasi Masyarakat Sejarah Lasem. Selama sepekan mereka turun ke Rembang, penelitian mereka di Pantai Binangun dan Plawangan (Kecamatan Lasem), kemarin mendapatkan kerangka manusia dan tembikar. Sedangkan di Pantai Leran (Kecamatan Sluke), mereka menemukan hal yang sama. “Kami lebih memprioritaskan ke Leran, karena pertimbangannya pantainya terancam abrasi dan reklamasi,” kata Gunadi.
Tim Balai Arkeologi Yogyakarta memperkirakan temuannya itu sebagai manusia prasejarah, selain didukung peralatan juga dikuatkan sebaran dari perjalanan manusia penutur bahasa Austronesia yang berasal dari Madagaskar ke Pasifik Timur: Taiwan- Jepang- Philipina-Kalimantan- Sulawesi- Jawa. Atau, dari Barat: Malaka- Sumatera-Jawa. Karena itu, Pemerintah Rembang secara resmi telah mengajukan ke pemerintah pusat melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah.
“Kami sangat mendukung Lasem ditetapkan sebagai Kota Warisan Cagar Budaya,” kata Bagus Ujianto, arkeolog dari BP3 Jawa Tengah, yang sebelumnya juga melakukan penelitian di Lasem. Peninggalan kawasan Lasem, menurut Bagus, cukup komplit mulai dari Prasejarah, sejarah hingga kemerdekaan tidak terputus. Setidaknya 200 situs dari 541 situs kuno di Kecamatan Lasem, sudah diteliti BP3 Jawa Tengah. “Kami sedang merekap nilai penting dari situs Lasem,” kata Bagus.

Masyarakat Zaman Batu di Sulawesi Tengah Hilang



Peneliti dari Badan Geologi, Bandung, Asdani Suhaemi, punya dugaan menarik soal menghilangnya masyarakat zaman batu Lore Lindu di Sulawesi Tengah. Saat meneliti patahan aktif Palu-Koro tahun ini, ia mengaitkannya dengan misteri hilangnya masyarakat yang diperkirakan hidup pada 2000-3000 tahun lalu itu.
“Selama ini belum ada penelitian kenapa mereka menghilang,” katanya di acara Simposium Nasional Gempabumi dan Tektonik Aktif di Aula Timur ITB, Kamis, 29 November 2012.
Menurut Asdani, lokasi peninggalan manusia zaman megalitikum atau batu besar berupa patung dan tempayan besar itu berada di dataran setinggi 1.215 meter dari permukaan laut. Letaknya di wilayah tangkapan air (catchment area). Di sekitarnya ada sungai dan telaga. “Mereka diduga sudah jadi masyarakat agraris saat itu,” katanya.
Lalu kenapa mereka menghilang dari wilayah subur tersebut? Dari hasil penelitiannya, Asdani menemukan jejak longsoran besar di sekitar lokasi situs megalitikum itu. Paling sedikit mereka mengalami 2 kali longsoran besar. Longsor itu dan banjir bandang, kata dia, diperkirakan terjadi saat datang gempa besar. “Diperkirakan mereka menghilang setelah kejadian itu,” ujarnya.
Soal apakah masyarakat zaman batu itu sempat lari atau tertimbun longsor, perlu ada penelitian lanjutan.
Hipotesa kedua, kata dia, akibat musim kemarau berkepanjangan. Ia menduga tempayan-tempayan batu besar itu dulunya dibuat untuk tempat penampungan air. “Mereka menghilang bisa juga akibat masa kering yang panjang,” katanya.
Adapun tempayan batu yang pecah dan penutupnya seberat setengah ton itu jatuh, diduga akibat guncangan gempa yang kuat. Menurut Asdani, gempa itu diduga akibat pergerakan patahan aktif Palu-Koro, yang sampai hari ini masih terus bergerak.
Penelitian sumber gempa bumi di Sulawesi Tengah dan terkait dengan misteri hilangnya masyarakat Lore Lindu ini, kata Asdani, baru tahap awal. Dia berharap tahun depan risetnya bisa berlanjut.